Rabu, 16 Desember 2009

materi kuliahQ

Nama Parasit : Toksoplasma gondii. Parasit ini adalah protozoa yang menginfeksi
hampir semua spesies binatang berdarah panas (sapi, kambing, domba, tikus,
babi), termasuk pula manusia, yang dapat menimbulkan penyakit : Toksoplasmosis

BAgaimana tanda orang yang terinfeksi parasit ini ??
80 - 90 % orang normal tidak menunjukkan gejala. hanya 10-20 persen menunjukkan
gejala berupa : gejala seperti flu dan pembesaran kelejnar leher. Gejalanya
biasanya ringan dan sembuh sendiri dalam beberapa bulan. KEbanyakan orang akan
menganggap bahwa dia terkena flu ringan dan tidak perlu pergi ke dokter. kalau
toh pergi juga, dokter pun sangat jarang yang berpikir kearah infeksi
toksoplasma.

Bagaimana pada janin? atau ibu hamil ?
Infeksi toksoplasma pada janin (Congenital Toxoplasmosis) timbul akibat infeksi
primer AKUT pada ibu KETIKA dia sedang hamil. Berat ringannya tergantung
kapan ibu hamil tersebut terkena infeksi.
Pada kehamilan 3 bulan pertama, parasit jarang yang menembus plasenta dan
menyerang janin ( saya tidak tahu kenapa), namun bila ternyata bisa menyerang
janin, maka janin itu akan menderita banyak masalah kesehatan. Sebaliknya pada
kehamilan 3 bulan terakhir, banyak parasit yang dapat menembus plasenta dan
menyerang janin, tapi justru sedikit resiko kesehatan bagi janin itu. Bayi ini
kemudian setelah lahir bisa menunjukkan gejala toksoplasmosis bila tidak
diobati.

Kita sering mendengar rumor bahwa memelihara kucing itu berbahaya karena dapat menularkan virus Toxo. Sebenarnya apa dan bagaimana, sih Toxoplasma yang sering disebut orang sebagai virus kucing tersebut? Apakah betul kucing bisa menyebabkan Toxoplasma, toh banyak juga orang yang memelihara kucing tapi tetap sehat.
Toxoplasmosis memang termasuk salah satu penyakit zoonosis (penyakit yang bisa menular antara hewan dan manusia). Penyakit ini disebabkan oleh protozoa (golongan parasit) yang bernama Toxoplasma gondii, jadi bukan oleh virus. Protozoa atau Toxoplasma ini di dalam usus kucing berkembang biak secara seksual, sehingga menghasilkan telur, dan akan keluar bersama tinja.
Pada hewan lain selain kucing, Toxoplasma berada di dalam darah, air ludah (saliva), sperma dan cairan tubuh lainnya, dan berkembang biak dengan pembelahan sel. Jadi, tidak menghasilkan telur, namun menghasilkan tropozoit (hasil pembelahan sel) yang akan bergerombol membentuk kista Toxoplasma. Kista ini bisa berada di jaringan tubuh seperti otak, mata, jantung, otot, alat pencernaan dan alat pernafasan.


Kenapa manusia bisa tertular Toxoplasma?
Manusia bisa tertular Toxoplasma karena menelan telur Toxoplasma melalui makanan, minuman dan peralatan makan. Telur Toxoplasma dari tinja kucing penderita Toxoplasmosis setelah 48 jam akan bersporulasi (berkembang) menjadi stadium infektif (mampu menginfeksi manusia atau hewan lain).
Selain itu, penularan juga sangat mungkin terjadi dari makanan yang tidak dimasak dengan benar. Kista yang berada dalam jaringan tubuh hewan dapat masuk ke tubuh hewan lain dan manusia. Jadi, mulai sekarang, yakinkan bahwa daging yang Anda beli dimasak sampai benar-benar matang terlebih dahulu sebelum Anda dan keluarga menyantapnya termasuk kucing kesayangan Anda. Tentu, Anda tak mau kucing Anda menderita Toxoplasmosis, kan?

Toxoplasmosis memang termasuk salah satu penyakit zoonosis (penyakit yang bisa menular antara hewan dan manusia). Penyakit ini disebabkan oleh protozoa (golongan parasit) yang bernama Toxoplasma gondii, jadi bukan oleh virus. Protozoa atau Toxoplasma ini di dalam usus kucing berkembang biak secara seksual, sehingga menghasilkan telur, dan akan keluar bersama tinja.

Pada hewan lain selain kucing, Toxoplasma berada di dalam darah, air ludah (saliva), sperma dan cairan tubuh lainnya, dan berkembang biak dengan pembelahan sel. Jadi, tidak menghasilkan telur, namun menghasilkan tropozoit (hasil pembelahan sel) yang akan bergerombol membentuk kista Toxoplasma. Kista ini bisa berada di jaringan tubuh seperti otak, mata, jantung, otot, alat pencernaan dan alat pernafasan.

Kenapa manusia bisa tertular Toxoplasma?
Manusia bisa tertular Toxoplasma karena menelan telur Toxoplasma melalui makanan, minuman dan peralatan makan. Telur Toxoplasma dari tinja kucing penderita Toxoplasmosis setelah 48 jam akan bersporulasi (berkembang) menjadi stadium infektif (mampu menginfeksi manusia atau hewan lain).

Selain itu, penularan juga sangat mungkin terjadi dari makanan yang tidak dimasak dengan benar. Kista yang berada dalam jaringan tubuh hewan dapat masuk ke tubuh hewan lain dan manusia. Jadi, mulai sekarang, yakinkan bahwa daging yang Anda beli dimasak sampai benar-benar matang terlebih dahulu sebelum Anda dan keluarga menyantapnya termasuk kucing kesayangan Anda. Tentu, Anda tak mau kucing Anda menderita Toxoplasmosis, kan?


Tes TORCH dan arti hasilnya.

1.
Periksalah serum untuk mencari ada tidaknya IgG spesifik untuk parasit/virus TORCH.
Bila hasilnya NEGATIF, berarti Anda tidak pernah terinfeksi TORCH
Bila POSITIF, berarti pernah terinfeksi.
Note: (periksa Anti-Toxoplasma IgG, Anti-Rubella IgG, Anti-CMV IgG, Anti-HSV2 IgG).
Tes IgG itu untuk meriksa apakah pada masa lalu si pasien pernah kena infeksi.

2.
Bila IgG POSITIF, maka untuk menentukan kapan infeksi tersebut, Anda harus melakukan pemeriksaan serum untuk mencari ada tidaknya IgM parasit/virus TORCH.
Tes IgM ini fungsinya untuk memeriksa apakah saat ini si pasien terinfeksi TORCH.

3.
Bila IgG Positif dan IgM Negatif :
Anda telah terinfeksi lebih dari setahun yang lalu. Saat ini anda mungkin telah mengembangkan kekebalan terhadap parasit itu.
Anda tidak perlu khawatir untuk hamil.

4.
Bila IgG Positif dan IgM juga Positif: Anda tengah mengalami infeksi dalam 2 tahun terakhir. (mungkin pula ada false pada hasil IgM)
Anda harus catat berapa angka IgM tersebut.

5.
Selanjutnya Anda harus melakukan lagi pemeriksaan IgM (kalau perlu sekalian IgG) setelah 2 minggu dari pemeriksaan pertama.

6.
Bila IgM tetap Positif atau malah naik angkanya, berarti anda sedang terinfeksi TORCH. Sebaiknya anda sembuhkan dulu infeksi ini baru kemudian mulai hamil.

“Menurut siklus hidup Toksoplasma, kucing adalah satu satunya binatang dimana toksoplasma ini berada pada stadium sexualnya, dan karenanya kucing adalah reservoir utama toksoplasma ini.”
“Setelah kista toksoplasma dalam daging dimakan oleh kucing, maka parasit hidup ini akan masuk ke sel usus kecil kucing. Disana parasit mengalami proses asexual, lalu sexual lalu membentuk yang namanya oocyst, lalu kista ini dibuang lewat kotoran kucing. Setelah 1 - 5 hari, kista ini menjadi infektif, bisa menularkan penyakit.”
“Dari kucing, kotoran inilah yang membawa penularan penyakit. Meskipun kucing hanya menyebarkan kista sekali dalam 1 atau 2 minggu, tapi jumlahnya cukup besar.”
“Kista ini di lingkungan dapat hidup sampai beberapa bulan. dan dia tahan terhadap desinfektan, freezing, and drying. tapi dia akan mati pada suhu 70 derajat C dalam 10 menit.”

Gimana cara penularan infeksi pada manusia?

“Infeksi pada manusia dapat terjadi lewat berbagai cara (bukan kucing saja):
1. memakan daging tidak/ kurang/ setengah matang yang mengandung kista Toksoplasma.
2. menelan kista lewat tangan yang kotor atau makanan yang terkontaminasi.
3. transplanmtasi organ
4. tranfusi darah
5. lewat plasenta ibu ke janin.”

“Bila seorang terinfeksi, parasit ini akan membentuk kista di : otot rangka, otot jantung, dan otak. Parasit ini bisa tinggal didalam sana seumur hidup host nya.”

Bagaimana infeksi terjadi pada janin?

“Infeksi toksoplasma pada janin (Congenital Toxoplasmosis) timbul akibat infeksi primer AKUT pada ibu KETIKA dia sedang hamil. Berat ringannya tergantung kapan ibu hamil tersebut terkena infeksi.”

“Pada kehamilan 3 bulan pertama, parasit jarang yang menembus plasenta dan menyerang janin ( saya tidak tahu kenapa), namun bila ternyata bisa menyerang janin, maka janin itu akan menderita banyak masalah kesehatan. Sebaliknya pada kehamilan 3 bulan terakhir, banyak parasit yang dapat menembus plasenta dan menyerang janin, tapi justru sedikit resiko kesehatan bagi janin itu. Bayi ini kemudian setelah lahir bisa menunjukkan gejala toksoplasmosis bila tidak diobati.”

Stadium seksual
Toxoplasma gondii membentuk ookista ini hanya terdapat dalam tubuh tuan rumah definitif.
Menurut Hill yang dikutip oleh Budijanto (1994), Toksoplasmosis menjadi sangat penting
karena infeksi yang terjadi pada saat kehamilan dapat menyebabkan abortus (keguguran) atau
kelahiran anak yang dalam kondisi abnormal atau disebut sebagai kelainan kongenital seperti
hidrosefalus, katarak, renitis dan retardasi mental.

DAUR HIDUP DAN PENULARANNYA.
Siklus hidup dari T.gondii dikemukakan oleh Frenkel, dkk pada tahun 1970. Siklus hidup
seksual berlangsung didalam usus kucing, dimana kucing merupakan host definitif (final/complete host) yang kemudian berakhir dengan terbentuknya ookista (Budijanto, 1994).T.gondi adalah suatu species dari Coccidia yang mirip dengan Isospora. Dalam sel epitel usus muda kucing berlangsung daur aseksual (skizogoni) dan daur seksual (gametogoni) yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama tinja. Ookista yang berbentuk lonjong dengan ukuran 12,5 mikron menghasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung 4 sporozoit.
Bila ookista ini tertelan oleh mamalia lain atau burung (hospes perantara), maka pada berbagai jaringan hospes perantara ini dibentuk kelompok-kelompok tropozoit yang membelah secara aktif dan disebut takizoit (tachyzoit = bentuk yang membelah cepat). Kecepatan tropozoit membelah berkurang secara berangsur dan terbentuklah kista yang mengandung bradizoit (bentuk yang membelah perlahan), masa ini adalah masa infeksi klinik menahun yang biasanya merupakan infeksi laten. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual, tetapi dibentuk stdium istirahat, yaitu kista.
Bila kucing sebagai hospes definitif maka hospes perantara yang terinfeksi terbentuk lagi
berbagai stadium seksual didalam sel epitel usus mudanya. Bila hospes perantara mengandung kista Toxoplasma, maka masa prapaten (sampai dikeluarkan ookista) adalah 3-5 hari, sedangkan bila kucing memakan tikus yang mengandung takizoit, masa prapaten biasanya 5-10 hari. Tetapi bila ookista langsung tertelan oleh kucing, maka masa prapaten adalah 20-24 hari. Kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista daripada oleh ookista.
Di berbagai jaringan tubuh kucing juga ditemukan trofozoit dan kista. Pada manusia
trofozoit ditemukan pada infeksi akut dan dapat memasuki tiap sel yang berinti.
Bentuk tropozoit menyerupai bulan sabit dengan satu ujung yang runcing dan ujung lain
yang agak membulat. Panjangnya 4-8 mikron dan mempunyai satu inti yang letaknya kira-kira ditengah.
Trofozoit berkembang biak dalam sel secara endodiogeni. Bila sel penuh dengan
tropozoit, maka sel menjadi pecah, dan tropozoit memasuki sel-sel disekitarnya atau difagositosis oleh sel makrofag. Sel hospes yang mengandung sejumlah tropozoit hasil endodiogeni disebut pseudokista dan dapat ditemukan dalam waktu yang lama. Kista dibentuk dalam sel hospes bila tropozoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada kista kecil yang mengandung hasnya beberapa organisme dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kirakira 3000 organisme. Kista ini dapat ditemukan didalam hospes seumur hidup terutama di otak dengan kista berbentuk lonjong atau bulat dan otot jantung, otot bergaris dengan kista mengikuti bentuk sel otot.
Cara Infeksi :
a. Pada toxoplasmosis kongenital transmisi Toxoplasma kepada janin terjadi in utero melalui
plasenta bila ibunya mendapat infeksi primer waktu dia hamil.
b. Pada toxoplasmosis akuista infeksi (transmisi oral) dapat terjadi, bila makan daging
mentah atau kurang matang (sate), kalau daging tersebut mengandung kista atau
tropozoit Toxoplasma. Pada orang yang tidak makan daging pun dapat terjadi infeksi bila
ookista yang dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan.
c. Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium pada orang yang bekerja dengan binatang
percobaan yang diifeksi dengan T.gondii yang hidup. Infeksi dengan T.gondii juga dapat
terjadi waktu mengerjakan autopsi.
Daur hidup Toksoplasma gondii adalah seperti terlihat pada skema berikut :
skizogoni
gametogoni
trofozoit
kista
Trofozoit
kista
Karnivorisme
Gambar : Siklus hidup Toksoplasma gondii
. PATOGENESIS Toxoplasma gondii merupakan suatu parasit intraseluler dan reproduksi terjadi di dalam sel. Kebanyakan kasus toxoplasmosis pada manusia didapat karena mengkonsumsi jaringan yang mengandung kista yang ada pada daging yang proses pemasakannya kurang sempurna atau daging mentah. Selain itu, kontak langsung dengan tanah atau air yang terkontaminasi. Gambaran klinis akan tampak segera setelah beberapa waktu jaringan mengalami kerusakan khususnya organ mata, jantug, dan kelenjar adrenal. Parasit ini juga dipengaruhi oleh keadaan temperatur dan kelembaban. Dengan adanya kelembaban dan temperatur yang sesuai ookista akan mampu bertahan beberapa bulan sampai lebih dari satu tahun. Lalat, cacing, kecoak, dan serangga lain mungkin dianggap sebagai agen mekanis dalam penyebaran parasit ini. Tingkat mortalitas dan morbiditas dari parasit ini cukup tinggi pada pasien yang mempunyai tingkat kekebalan tubuh rendah dan pada anak-anak yang tertular melalui ibunya.
DIAGNOSIS
Diagnosa terhadap penyakit toxoplasmosis dapat dilakukan dengan cara serologi maupun pemeriksaan hispatologi. Pemeriksaan langsung dapat dilakukan dengan cara melihat adanya dark spot pada retina, melakukan pemeriksaan darah untuk melihat apakah parasit sudah menyebar melalui darah dengan melihat perubahan yang terjadi pada gambaran darahnya, Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan biopsi dan dari sample biopsi tersebut bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan PCR, isolasi pada hewan percobaan ataupun pembuatan preparat hispatology. Metode diagnosa lain yang sering digunakan adalah dengan menggunakan Indirect haemaglutination ( IHA ), Immunoflourrescence ( IFTA ), ataupun dengan Enzym Immunoassay (Elisa). Dapat juga dengan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan antibodi spesifik toxoplasma dengan IgM, IgG, dan IgG affinity

Siklus hidup Toksoplasma ada 5 tingkat : Fase proliferatif, stadium kista, fase schizogoni dan gametogoni dan fase ookista. Siklus aseksual terdiri dari fase proliferasi dan stadium kista. Fase ini dapat terjadi dalam bermacam macam inang. Siklus seksual secara spesifik hanya terdapat pada kucing.

Fase proliferatif, yang menghasilkan tropozoit, terjadi secara intraseluler dalam banyak jaringan saat terjadi infeksi primer. Tropozoit menjadi berkurang jumlahnya pada saat imunitas inang terbentuk, dan infeksi dapat masuk dalam stadium kronis. Apabila terjadi penurunan dan penekanan daya tahan tubuh, tropozoit dapat kembali berprofilerasi dan menjadi banyak. Fase proliferasi ini juga terjadi saat pembelahan sel.

Kista dapat terbentuk setelah terjadi beberapa siklus proliferasi dimana terbentuk tropozoit. Kista ini dapat terbentuk selama infeksi kronis yang berhubungan dengan imunitas tubuh. Kista terbentuk intrasel dan kemudian terdapat secara bebas di dalam jaringan sebagai stadiun tidak aktif dan dapat menetap dalam jaringan tanpa menimbulkan reaksi inflamasi. Pada saat ini antibodi dapat menurun meskipun masih terdapat infeksi. Pada saat daya tahan tubuh menurun dan pada saat fase proliferasi, kista tidak terbentuk. Kista pada binatang yang terinfeksi menjadi infeksius bila termakan oleh karnivora dan toksoplasma masuk melalui usus.
Diagnosis
Salah satu cara menegakkan diagnosis toksoplasmosis adalah dengan cara isolasi parasit yang diambil dari darah, cairan serebrospinal atau biopsi yang kemudian diinokulasikan ke dalam peritoneum tikus, hamster atau kelinci yang bebas dari infeksi toksoplasma. Diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan Chorionic Villus Sampling ( CVS ), kordosintesis, amniosintesis yang kemudian dari hasil sampling tersebut dilakukan inokulasi pada peritoneum tikus mencit untuk menemukan toksoplasma. Metode isolasi ini sekarang sudah jarang dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan kebanyakan laboratorium rumah-sakit tidak mempunyai fasilitas untuk melakukan pemeriksaan tersebut.


Pada pemeriksaan secara makroskopis, plasenta yang terinfeksi biasanya membesar dan memperlihatkan lesi yang mirip dengan gambaran khas dari eritroblastosis fetalis. Villi akan membesar, oedematus dan sering immatur pada umur kehamilan. Secara histopatologis yang ditemukan tergantung pada stadium parasit dan respon imun dari penderita. Gambaran yang ditemukan dapat berupa gambaran normal sampai pada gambaran hiperplasia folikel, dimana ditemukan peningkatan limfoblas retikuler ( sel imunoblas besar ), sering didapatkan normoblas pada pembuluh darah, infiltrat sel radang subakut yang bersifat fokal maupun difus, small clumps histiosit yang dapat ditemukan pada daerah tepi dari sel-sel yang terinfeksi, menunjukkan gambaran agregasi, gambaran folikel yang khas yang berhubungan dengan kenaikan titer serologi. Pada beberapa kasus dapat ditemukan gambaran proliferatif dan nekrotik dari peradangan villi. Kadang-kadang peradangan villi ditemukan dengan adanya limfosit, sel plasma, dan fibrosis.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya gambaran organisme dalam sel. Organisme sulit ditemukan pada plasenta, tetapi bila ditemukan biasanya terdapat dalam bentuk kista di korion atau jaringan subkorion. Identifikasi sering sulit, sebab sinsitium yang mengalami degenerasi sering mirip dengan kista.

Pada neonatus dapat ditemukan gambaran seperti pada hepatitis, berupa gambaran nekrosis sel hati, Giants cell, hematopoesis ekstranoduler, nekrosis adrenal. Pada susunan syaraf pusat dapat ditemukan nodul mikroglial dengan takizoit, ulkus ependymal, radang soliter akuaduktus dan atau ventrikel.

Pemeriksaan serologi saat ini merupakan metode yang sering digunakan. Meskipun demikian pemeriksaan serologi untuk toksoplasma cenderung mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Beberapa metode pemeriksaan yang pernah dilakukan antara lain Sabin-Feldman dye test, indirect fluorescent assays (IFA), indirect hemagglutination assays (IHA), dan complement fixation test (CFT). Cara pemeriksaan yang baru dan saat ini sering digunakan adalah dengan enzyme-linnked immunosorbent assay (ELISA). Kebanyakan laboratorium saat ini sudah tidak menggunakan Sabin-Feldman dye test. Pemeriksaan - pemeriksaan yang sering digunakan adalah dengan mengukur jumlah IgG , IgM atau keduanya. Ig M dapat terdeteksi lebih kurang 1 minggu setelah infeksi akut dan menetap selama beberapa minggu atau bulan. IgG biasanya tidak muncul sampai beberapa minggu setelah peningkatan IgM tetapi dalam titer rendah dapat menetap sampai beberapa tahun.

Secara optimal, antibodi IgG terhadap toksoplasmosis dapat diperiksa sebelum konsepsi, dimana adanya IgG yang spesifik untuk toksoplasma memberikan petunjuk adanya perlindungan terhadap infeksi yang lampau. Pada wanita hamil yang belum diketahui status serologinya, adanya titer IgG toksoplasma yang tinggi sebaiknya diperiksa titer IgM spesifik toksoplasma. Adanya IgM menunjukkan adanya infeksi yang baru saja terjadi, terutama dalam keadaan titer yang tinggi. Tetapi harus diingat bahwa IgM dapat terdeteksi selama lebih dari 4 bulan bila menggunakan fluorescent antibody test , dan dapat lebih dari 8 bulan bila menggunakan ELISA.

Diagnosis prenatal dari toksoplasmosis kongenital dapat juga dilakukan dengan kordosintesis dan amniosintesis dengan tes serologi untuk IgG dan IgM pada darah fetus. Adanya IgM menunjukkan adanya infeksi karena IgM tidak dapat melewati barier plasenta sedangkan IgG dapat berasal dari ibu. Meskipun demikian antibodi IgM spesifik mungkin tidak dapat ditemukan karena kemungkinan terbentuknya antibodi dapat terlambat pada janin dan bayi.Akhir-akhir ini dikembangkan pemeriksaan IgG avidity untuk melihat kronisitas infeksi, dimana semakin tinggi kadar afinitas semakin lama infeksi telah terjadi.
Beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam menilai hasil serologi :

1. Infeksi primer akut dapat dicurigai bila

a. Terdapat serokonversi IgG atau peningkatan IgG 2-4 kali lipat dengan interval 2-3 minggu.

b. Terdapatnya IgA dan IgM positif menunjukkan infeksi 1-3 minggu yang lalu.

c. IgG avidity yang rendah

d. Hasil Sabin-Feldman / IFA > 300 IU/ml atau 1 : 1000

e. IgM-IFA 1 : 80 atau IgM-ELISA 2.600 IU/ml

2. IgG yang rendah dan stabil tanpa disertai IgM diperkirakan merupakan infeksi lampau.

1. Ada 5 % penderita dengan IgM persisten yang bertahun-tahun akan positif
2. Satu kali pemeriksaan dengan IgG dan IgM positif tidak dapat dipastikan sebagai infeksi akut dan harus dilakukan pemeriksaan ulang atau pemeriksaan lain.
Tes Tokso itu apa aja?
Tes untuk tokso namanya TORCH. yang dipereksa sebenernya ada 4 jenis. parasit TOxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan virus Herpes. Masing2 ada tes IgM dan IgG nya. Total ada 8 item tes…
Gimana cara penularan infeksi pada manusia?
“Infeksi pada manusia dapat terjadi lewat berbagai cara (bukan kucing saja):
1. memakan daging tidak/ kurang/ setengah matang yang mengandung kista Toksoplasma.
2. menelan kista lewat tangan yang kotor atau makanan yang terkontaminasi.
3. transplanmtasi organ
4. tranfusi darah
5. lewat plasenta ibu ke janin.”
“Bila seorang terinfeksi, parasit ini akan membentuk kista di : otot
rangka, otot jantung, dan otak. Parasit ini bisa tinggal didalam sana
seumur hidup host nya.”
Pemeriksaan
Diagnosis penyakit toksoplasmosis umumnya ditegakkan karena adanya kecenderu-ngan yang mengarah pada penyakit tersebut, antara lain adanya riwayat:
- infertilitas, abortus, lahir mati, kelainan bawaan
- memelihara binatang piaraan berbulu, misalnya kucing
Pemeriksaan yang digunakan saat ini untuk mendiagnosis toksoplasmosis adalah pemeriksaan serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgG dan IgM Toxsoplasma gondii. Antibodi IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5 hari setelah infeksi), titernya meningkat dengan cepat (80 sampai 1000 atau lebih) dan akan mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu atau bulan). Antibodi IgG dibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi), yang akan meningkat titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat bertahan dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun. Oleh karena itu, temuan antibodi IgG dianggap sebagai infeksi yang su-dah lama, sedangkan adanya antibodi IgM berarti infeksi yang baru atau pengakifan kembali infeksi lama (reaktivasi), dan berisiko bayi terkena toksoplasmosis bawaan. Berapa tingginya kadar antibodi tersebut untuk menyatakan seseorang sudah terinfeksi toksoplasma sangatlah beragam, bergantung pada cara peneraanyang dipakai dan kendali mutu dan batasan baku masing-masing laboratorium.
Salah satu mikroorganisme yang dapat menular pada manusia, contohnya kuman Toxoplasma. Infeksi inilah yang menyebabkan gangguan pada proses kehamilan pada manusia Gangguannya dapat berupa keguguran pada awal kehamilan, gangguan pembentukan organ pada saat pertama kehamilan, dan gangguan pertumbuhan janin pada kehamilan yang lebih tua. (Pokoknya mengganggu deh !)

Definisi Keguguran atau pembuangan embrio atau janin dari rahim disebabkan oleh kematiannya atau menyebabkan kematiannya. Jenis-jenis Keguguran Keguguran spontan
Keguguran (aborsi spontan) adalah kehilangan pada janin yang berhubungan dengan kasus alami pada kehamilan sebelum 24 minggu.
Proses Terjadinya Keguguran

Keguguran tidak terjadi begitu saja, tetapi ada proses yang menyertainya. Sehingga Moms bisa menjaga dengan baik kesehatan kandungan, terutama trimester pertama yang rentan dengan kemungkinan keguguran.

Ancaman Keguguran (Threatened Miscarriage) yaitu perdarahan -bisa disebabkan menempelnya kantong dan calon janin pada dinding rahim- yang disertai tegang di seputar punggung bagian bawah. Dan, mulut rahim tertutup. Pada ancaman keguguran ini, biasanya, janin masih bisa diselamatkan.

Keguguran Setengah atau Tidak Sempurna (Incomplete Miscarriage) yakni ada nyeri pada punggung dan perut. Lalu muncul perdarahan dengan pembukaan mulut rahim. Saat yang bersamaan, keluarlah sebagian jaringan.

Keguguran Sempurna (Complete Miscarriage) adalah seluruh embrio hasil konsepsi keluar dari rahim melalui vagina. Nyeri, tegang di daerah punggung, perdarahan akan berkurang. Agar lebih yakin, akan dilakukan pemeriksaan USG atau tindakan kuretase -mengerok lapisan dalam rahim- supaya tidak ada jaringan yang tertinggal dalam rahim.

Jenis-jenis Keguguran

Selain proses keguguran, ada pula beberapa jenis keguguran, seperti:

1. Keguguran Tidak Jelas (Missed Miscarriage) ialah keguguran yang tidak jelas penyebabnya. Janin meninggal tanpa paksaan keluar dari rahim. Untuk mengetahui benarkah kehamilan akan gagal musti dilakukan pemeriksaan detak jantung janin.

2. Hamil Kosong (Blighted Ovum) kerap pula disebut Anembryonic Pregnancy. Hasil konsepsi akan menempel pada dinding rahim. Sayangnya, kantong janin tidak ada isinya dan janin pun tidak akan berkembang.

3. Hamil Anggur (Molar Pregnancy) yaitu hasil dari kesalahan genetik selama proses konsepsi yang memengaruhi jaringan menjadi tidak normal. Hal ini bisa dilihat dari gelembung-gelembung cairan-mirip buah anggur-dalam rahim. Meski ibu hamil mengalami gejala kehamilan pada umumnya, misal berhenti menstruasi, tes kehamilan positif dan mual. Kenyataannya, hamil angur ini jarang sekali menghasilkan janin berkembang.

4. Keguguran Berulang (Recurrent Miscarriage). Kerap kali keguguran ini dialami ibu hingga tiga kali atau lebih secara berurutan pada trimester pertama.

Tanda – Tanda Keguguran :
• Perdarahan. Tanda keguguran yang paling umum dan sering terjadi ini bisa hanya berupa bercak-bercak yang berlangsung lama sampai perdarahan hebat (volume darahnya cukup banyak). Kadangkala, “serpihan” dari bagian jaringan yang robek, keluar bersamaan dengan darah. Misalnya, bagian dari jaringan dinding rahim yang terkoyak, atau kantung ketuban yang robek.

• Kram atau kejang pada perut, seperti yang biasa terjadi pada mereka yang terserang kram perut pada awal datang bulan. Umumnya, kram perut ini berlangsung berulang-ulang dan dalam periode waktu yang lama.

• Nyeri pada bagian bawah perut. Rasa nyeri ini biasanya cukup mengganggu dan terjadi dalam waktu cukup lama. Ada yang merasakannya sebagai kram atau kejang pada daerah panggul, sakit di sekitar perut, rasa sakit yang tak kunjung reda pada pada bagian bawah panggul, selangkangan, dan daerah alat kelamin. Keluhan ini biasanya baru muncul beberapa jam hingga beberapa hari setelah muncul gejala perdarahan.

3 faktor pemicu

factor pemicu keguguran :
* Kelainan pada janin, yang disebabkan kelainan kromosom. Hal ini dikemukakan oleh Gilbert G. Hass Jr, MD, pakar endokrinologi reproduksi dari University of Oklahoma Health Science Center, Amerika Serikat. Kelainan kromosom ini terjadi pada saat proses fertilisasi berlangsung. Akibatnya, hasil pembuahan (embrio) yang terbentuk cacat dan terkena seleksi alam, yakni terbuang dan keluar dalam bentuk keguguran.

* Kelainan pada ibu. Dalam hal ini banyak faktor pemicunya. Misalnya, kelainan pada sistem hormon ibu, kelainan pada sistem kekebalan tubuh (imun), infeksi menahun yang diderita ibu, dan penyakit berat yang diderita ibu, seperti diabetes, hipertensi menahun, dan gangguan pada fungsi ginjal.

* Kelainan pada rahim. Kelainan yang paling sering terjadi adalah adanya mioma (tumor jaringan otot) yang bisa mengganggu pertumbuhan embrio. Kelainan rahim yang lain adalah rahim terlalu lemah, sehingga tidak mampu menahan berat janin yang sedang berkembang. Kehamilan pada rahim seperti ini biasanya hanya mampu bertahan sampai akhir semester pertama saja, dan kemudian janin akan keluar.

Selain 3 faktor tersebut, ada beberapa faktor lain yang juga diduga dapat memicu terjadi keguguran. Salah satunya dikemukakan oleh Joseph Hill, MD, ahli kandungan dan kebidanan yang menjabat sebagai Direktur pada Center for Reproductive Medicine di Birgham and Woman’s Hospital, Boston, Amerika Serikat. Menurutnya, penyebab keguguran sebenarnya tidak selalu berupa masalah yang serius. Hal yang tampak sepele, seperti demam tinggi, ternyata bisa jadi bersifat racun bagi janin yang berumur kurang dari 6 minggu.

Namun, kebanyakan ahli kandungan berpendapat, keguguran merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor. Terbukti, sekitar 50% kasus keguguran terjadi akibat kelainan kromosom, dan selebihnya adalah akibat infeksi, kelainan rahim, kelainan hormon, dan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar